Saturday, July 11, 2009

antara sehat, waktu, dan kontribusi

Manusia banyak terkecoh dalam dua hal yaitu kesehatan dan waktu luang. (HR. Imam Bukhari, Shahih Bukhari). Hadist di atas adalah hadist terkenal, yang sering terdengar di telinga kita, tersimak oleh mata kita ketika membaca buku islami. Menurut saya, dua nikmat di atas yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu adalah dua nikmat yang saling berhubungan. antum bisa bayangkan betapa tidak bahagianya seseorang yang mendapatkan nikmat waktu tetapi tidak punya kesehatan yang memadai dan sering sakit, maka waktu tersebut akan lebih dimaknai sebagai waktu yang kurang produktif dan kurang bermanfaat karena dalam sebagian besar waktunya digunakan untuk beristirahat dan usaha mencari kesembuhan. Begitu juga ketika kita sehat namun Allah sudah tidak memberikan waktu kepada kita (meninggal),sehingga kita tidak bisa memanfaatkan kesehatan kita untuk melakukan segala yang kita inginkan. Jadi ketika kita mendapatkan dua nikmat di atas, janganlah kita menjadi orang yang terkecoh dan menyia-nyiakan nikmat tersebut seperti digambarkan di dalam hadist di atas. Namun jadilah orang yang bisa menghubungkan dua nikmat di atas yang akan menghasilkan kemaslahatan umat.

Bahwa ada satu hal yang menarik tentang waktu, ya, waktu adalah sumber daya yang tak tergantikan. Maksud sumber daya tak tergantikan adalah waktu tak bisa berulang, meski cuma satu detik, bahkan Allah bersumpah dalam kitabNya “demi masa (waktu), sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al Asr 1-3). Jadi tiap detik waktu kita adalah saat yang berharga dan sangat berarti karena sang waktu tidak bisa dan tidak mau kembali lagi. Maka beruntunglah orang yang bisa memanfaatkan tiap detik waktunya untuk kegiatan dakwah dan ibadah, seperti disebutkan dalam Surat Al Asr di atas. Kita juga harus ingat bahwa waktu kita adalah terbatas, dan hebatnya Allah tidak memberi tahu kita sampai kapan waktu kita itu akan berakhir. Hal ini menjadikan waktu sebagai sebuah ketidakpastian. Kita tidak perlu bingung dan takut dengan keterbatasan dan ketidakpastian waktu kita. Yang harus dan hanya bisa kita lakukan adalah memaksimalkan keterbatasan tersebut karena tidak mungkin kita memperpanjang usia kita dari jatah yang sudah Allah berikan. Kita bisa memaksimalkan keterbatasan tersebut dengan rumus produktivitas dan rumus pahala berganda. Rumus produktivitas menyebutkan bahwa 1 unit waktu = 1 unit amal, jadi tiap satuan waktu dalam hidup kita harus bernilai amal soleh. Di rumus ini saya tidak menyebutkan apakah amal tersebut harus yang besar atau yang kecil. Dalam rumus ini saya lebih menekankan keistiqomahan/kekonsistenan karena Amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang berkesinambungan, walaupun hanya sedikit.” (HR. Muslim, “Shahih Muslim”, hal 348, juz 1, Daar al Fikr). Untuk rumus pahala berganda, di sini saya lebih menekankan amal sebagai investasi jangka panjang. Bahwa setiap amal akan ada balasan dari Allah SWT, itu adalah pasti. Namun demikian balasan untuk tiap amal tentu tidaklah sama. Contah amal dalam rumus ini adalah amal yang lebih banyak membawa manfaat dan dalam jangka waktu yang lama, seperti amal jahriyah membangun masjid, wakaf Al Quran, memberikan beasiswa muslim dll. Dengan dua rumus tersebut, Insya allah kita bisa memaksimalkan keterbatasan usia kita.

Ikhwah, ada sesuatu yang terasa kurang dan mungkin hambar ketika diibaratkan sebagai sebuah masakan, ketika kita mendapatkan nikmat sehat dan nikmat waktu tapi tidak menghiasi dua nikmat tersebut dengan “kontribusi”..”sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.” (Alhadist). Ikhwah, kontribusi kita selalu dinantikan, Kontribusi kebaikan yang akan membangun peradaban umat. Empat hal yang harusnya menjadi perenungan kita bersama yaitu kita adalah dai sebelum segala sesuatu, kita adalah penggiat, surga adalah kesenangan yang sesungguhnya, dan sebaik-baik manusia adalah tentang bermanfaat bagi orang lain. Ikhwah, dimanapun kita berada kita adalah seorang dai maka dalam setiap waktu dan dalam kondisi apapun kontribusi kita adalah kontribusi dalam kebaikan, sekecil apapun itu. Kita juga adalah seorang penggiat, orang yang rajin dan tak kenal lelah dalam memberikan kontribusi kebaikan. Dan ada balasan surga menanti, balasan sebagai puncak kesenangan, kesenangan yang tak pernah terbayangkan oleh mata dan pikiran, sedang menanti kita. Ikhwah, mari berikan kontribusi yang akan memberikan manfaat, baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, agama, bahkan alam semesta. Dan sebaik-baik kontribusi, telah dicontohkan oleh keikhlasan para ibu dalam memberikan kasih sayangnya pada sang anak. Ya, kontribusi yang “Hanya memberi, dan tak harap kembali”. Wallahu a’lam bis showab.

By : ikhwah, yang merindukan ramadhan di tahun ini

1 comment:

  1. ayo Jeng...
    Mari berkontribusi!!
    hihihi

    Btw pulang or stay di lovely Taiwan ni?

    ReplyDelete